PENGEMBANGAN
ASESMEN KINERJA
DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH
Pendahuluan
Miles & Huberman mengemukakan bahwa telah
terjadi lompatan paradigma (the shifting of paradigm) dari yang
berorientasi kuantitatif ke arah yang lebih kualitatif terjadi dalam bidang pendidikan[1].
Pergeseran paradigma tersebut membawa dampak perubahan dalam semua komponen
pendidikan termasuk pula pendidikan Sejarah. Pada pendidikan Sejarah terlihat
pergeseran orientasi dari penekanan
pada penguasaan materi (esensialisme), menekankan kepada pembinaan kemampuan
berpikir rasionalisme akademik (perenialisme) serta penekanan bidang penilaian
hanya melalui tes hasil belajar sedangkan alat ukur lainnya seperti : pedoman
wawancara, pedoman observasi, pedoman diskusi, angket (kuesioner), skala sikap,
daftar isian (check list), tugas individu/mandiri dan tugas kelompok, dll hanya
sebagai pelengkap dari tes kepada membangun
orientasi baru pada masalah (problem oriented) dan memandang
keterampilan (skills) lebih penting daripada pengetahuan (knowledge).
Demikian pula dalam bidang penilaian mulai dikenal istilah penilaian autentik (authentic
assessment) atau asesmen alternatif (alternative assessment)
yang dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil
belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran, bahkan asesmen itu sendiri
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran .
Paparan di atas, menunjukkan bahwa alat ukur yang
dapat diterapkan di
persekolahan
hendaknya terdiri dari berbagai macam alat ukur, bukan hanya menggunakan tes
hasil belajar, baik tes formatif maupun tes sumatif saja tetapi juga asesmen,
baik itu asesmen kinerja, asesmen rubric ataupun asesmen portofolio merupakan
alat evaluasi yang penting juga diterapkan di persekolahan, sehingga siswa
dibimbing dan dituntun bukan hanya
belajar untuk nilai, menjadi juara dan mengejar nilai tetapi juga akan mengantarkan siswa pada kesadaran dan
pemahaman. Dari kesadaran dan
pemahamanan itulah muncul rasa keingintahuan, memiliki keterampilan sosial, keterampilan
berkomunikasi, memiliki nilai-nilai budi pekerti yang luhur, inquiry dan lain
sebagainya.
Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh
perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran
serta penguasaannya terhadap bahan ajar dan juga tidak cukup dengan kemampuan
guru dalam menguasai kelas tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap
pencapaian kompetensi siswa. Melalui kegiatan evaluasi, sebagai seorang guru tidak hanya sekedar
mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada
menjawab pertanyaan tentang bagaimana atau seberapa jauh sesuatu hasil atau
proses yang diperoleh seorang peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran di persekolahan.
Makalah ini akan menitikberatkan pembahasan tentang
asesmen, terutama asesmen kinerja. Materi ini akan kita bahas secara mendalam
karena asesmen kinerja merupakan salah satu asesmen penting dalam proses pembelajaran
yang dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan
peserta
didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi
tentang
jawaban benar atau salah saja. Dengan perkataan lain asesmen tersebut merupakan
proses yang menyertai seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran dengan cara
peserta didik mempertunjukkan kinerjanya. Seperti yang dikemukakan Ana Ratna
Wulan bahwa asesmen kinerja merupakan salah satu alat untuk memperbaiki cara mengajar guru dan cara belajar peserta didik[2].
Makalah ini tersajikan dalam tiga bagian yakni : (1)
pada bagian ini kita akan membahas tentang pengertian, kegunaan, kelebihan dan
kelemahan asesmen kinerja; (2) bagian ini kita akan membahas dan latihan
menyusun tugas (task) dalam asesmen
kinerja pada pembelajaran sejarah; (3) bagian ini kita mencoba untuk membahas
dan latihan membuat kriteria penilaian (rubric) dalam asesmen kinerja
pada pembelajaran sejarah.
Pengertian, Kegunaan, Kelebihan Dan
Kelemahan Asesmen Kinerja
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar di
persekolahan terdapat kecenderungan dari para guru untuk mengutamakan
penggunaan tes (paper and pencil test) sebagai satu-satunya alat
ukur yang terpenting dalam proses pendidikan. Kondisi seperti ini mendorong
penggunaan tes secara berlebihan untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan. Padahal tes itu sendiri memiliki keterbatasan, karena tidak
mampu mengukur kemampuan peserta didik yang sebenarnya dan hanya terfokus pada
beberapa aspek saja. Tes ini juga tidak memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan kemampuan atau potensi masing-masing. Karena itu pelaksanaan
penilaian di persekolahan harus mencakup berbagai jenis alat ukur. Hal ini
disebabkan semua alat ukur memiliki peranan tersendiri dan saling mendukung
dalam pengukuran hasil belajar.
Asesmen kinerja merupakan bagian dari asesmen
alternatif[3].
Yang dimaksud dari alternatif disini adalah alternatif dari tes baku.
Sejak pertengahan tahun 1980-an para ahli pendidikan banyak berbicara tentang
berbagai kelemahan tes baku yang peranannya semakin dominan di dalam sistem
persekolahan. Tes baku semakin luas dipersoalkan sebagai bagian yang terisolir
dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan tes baku
didasarkan pada prinsip-prinsip validitas, realiabilitas, keadilan dan
kemanfaatan.
Oleh karena itu asesmen alternatif dianggap sebagai
upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan
keseluruhan proses pembelajaran. Melalui asesmen alternatif ini,
diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai
suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang
terpisah dari proses pembelajaran.
Penjelasan di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya
asesmen kinerja yang merupakan bagian dari asesmen alternatif adalah
suatu asesmen yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban
dari alternatif jawaban yang disediakan. Seperti yang diungkapkan
Airasin bahwa asesmen kinerja adalah penilaian yang mampu membuat
peserta didik memberikan suatu jawaban atau suatu hasil dengan
mendemonstrasikan atau mempertunjukkan segala pengetahuan dan
keterampilan atau kinerjanya[4].
Dengan perkataan lain asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada
peserta didik dalam berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus
dikerjakan. Misalnya dalam pembelajaran sejarah asesmen kinerja dapat
digunakan apabila peserta didik diminta untuk menceritakan peristiwa sejarah
tertentu dengan kalimat sendiri atau dapat pula peserta didik diminta untuk memecahkan
masalah atau kasus dalam pembelajaran sejarah atau dapat pula peserta didik
mendemontrasikan suatu drama sejarah atau bermain peran mengenai tokoh-tokoh
sejarah
atau dapat pula peserta didik diberi tugas membuat peta sejarah, peta
konsep,
film pendek tentang peristiwa sejarah dan lain sebagainya.
Asmawi Zainul
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu
dilaksanakan dipersekolahan[5],
yaitu :
1.
Memberi peluang yang lebih banyak kepada
guru untuk mengenali peserta didik secara lebih utuh karena pada kenyataannya
tidak semua peserta didik yang kurang berhasil dalam tes objektif atau tes
uraian biasanya dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif. Dengan demikian
asesmen kinerja peserta didik dapat melengkapi cara penilaian lainnya.
2.
Dapat melihat kemampuan dan keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran
tanpa harus menunggu sampai proses pembelajaran berakhir. Asesmen kinerja
membantu guru memudahkan mengamati dan menilai peserta didik dalam belajar
sesuatu. Dengan demikian akan diperoleh informasi tentang bagaimana peserta
didik berintegrasi dengan lingkungan selama proses pembelajaran
3.
Adanya kemampuan peserta didik yang sulit diketahui hanya dengan melihat hasil
tes tertulis saja atau hasil akhir pekerjaan mereka.
Untuk itu, Lynn S Fuchs dalam S. Hamid Hasan
& Yani Kusmarni menunjukkan tujuh kriteria supaya asesmen dapat membantu
guru dalam membuat keputusan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran secara
tepat di persekolahan[6],
yaitu asesmen yang :
1.
Mengukur hasil belajar yang penting
2.
Menyentuh ketiga bentuk keputusan baik penempatan, formatif maupun diagnostik
3.
Memberikan deskripsi yang jelas tentang kinerja peserta didik yang secara langsung
berhubungan dengan kegiatan pembelajaran
4.
Sesuai dengan model pembelajaran yang
dilakukan
5.
Mudah dilaksanakan, mudah membuat skor,
dan mudah diinterpretasikan
6.
Memberi gambaran yang jelas tentang
tujuan pembelajaran
7.
Menghasilkan informasi yang akurat dan
bermakna
Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut :
1.
Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang
tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil. Dengan perkataan lain
asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai tugas
untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau
kegiatan yang harus dikerjakan.
2.
Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik. Keterlibatan langsung
peserta didik dalam perumusan tujuan belajar, pemilihan jenis tugas, penetapan
kriteria penilaian akan membuat para peserta didik lebih tahu apa yang
seharusnya ia lakukan. Cara seperti ini dapat memotivasi belajar dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta didik,
serta proses dialog antara peserta didik dan guru merupakan faktor penting
dalam asesmen kinerja.
3.
Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan yang berupa kemampuan lisan maupun
fisik. Misalnya dalam pembelajaran sejarah kegiatan bermain peran dan sosio
drama.
4.
Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata. Hal ini dikarenakan
asesmen kinerja lebih menekankan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta
didik, bukan apa yang dapat diketahui peserta didik.Oleh karena itu unjuk kerja
yang ditunjukkan oleh peserta didik sebaiknya ditekankan pada kehidupan nyata
terutama kehidupan nyata di sekitar lingkungan sekolah atau rumah peserta
didik. Misalnya peserta didik melakukan observasi tentang sejarah sekolah atau
melakukan wawancara tentang keluarganya dan lain sebagainya
Adapun
kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut :
1.
Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam penggunaannya.
Asesmen kinerja tidak bisa disusun dengan waktu yang tergesa-gesa karena akan
menghasilkan suatu perangkat penilaian yang tidak akan mencapai sasaran tujuan
yang dikehendaki.
2.
Dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam penggunaannya, laporan
dari hasil asesmen harus dibuat sesegera mungkin, karena penundaan pembuatan
laporan akan menimbulkan bias sehingga hasil belajar itu menjadi tidak berarti.
3.
Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas rendah. Hal
ini disebabkan asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang besar dari guru sehingga
subjektivitas penskoran dan penilaian akan tinggi. Dampak dari subjektivitas
yang tinggi akan menyebabkan reliabitas rendah. Untuk meminimalkan
subjektivitas dalam asesmen kinerja guru harus membuat kriteria penilaian (rubric)
yang jelas.
4.
Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih banyak daripada kelompok.
Asesmen kinerja lebih menuntut penilaian secara individual daripada kelompok.
Pekerjaan seperti ini membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang cukup besar
sehingga apabila guru mengerjakannya dengan tidak serius akan menjadi pekerjaan
yang sia-sia.
Tugas
(task) dalam Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sejarah
Asesmen kinerja meminta peserta didik untuk
melakukan unjuk kerja (performance) bukan memilih atau menjawab salah
satu dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Salah satu persyaratan
penting dalam asesmen kinerja adalah pemberian tugas (task). Dengan perkataan
lain asesmen kinerja tidak dapat dilakukan tanpa adanya tugas nyata, seperti
yang diungkapkan Zainul Asmawi bahwa asesmen kinerja terdiri dari dua bagian
yaitu tugas (task) dan satu daftar criteria eksplisit untuk menilai
kinerja atau produk[7].
Aspek yang dinilai dalam kinerja meliputi aspek
prosedur, keterampilan dan produk atau hasil. Jika prosedur dinilai, artinya
penguji mencoba menentukan
seberapa
terampil seseorang menampilkan prosedur yang diinginkan sedangkan penilaian
produk menekankan kualitas hasil akhir. Berdasarkan kedua aspek yang
akan
dinilai tersebut dapat disimpulkan bahwa guru tidak dapat menilai kinerja peserta
didik tanpa adanya tugas-tugas, begitu juga guru tidak dapat menilai tingkat prestasi
peserta didik tanpa tugas-tugas nyata. Oleh karena itu, menurut Asmawi Zainul bahwa
tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh peserta didik merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran dan kehidupan nyata
peserta didik.
Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu proyek,
pameran, portofolio atau tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik
memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan
pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk yang paling nyata.
Tugas-tugas kinerja dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk yaitu : (1) computer adaptive testing, yakni tes yang
sepanjang tidak berbentuk tes objektif menuntut peserta tes mengekspresikan diri
sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan nyata; (2) tes pilihan ganda yang
diperluas, yaitu bentuk tes objektif yang menuntut peserta didik untuk berpikir
tentang alasan mengapa memilih jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar ;
(3) extended-response atau open ended question, dapat digunakan
asal tidak hanya menuntut adanya jawaban benar yang berpola; (4) group performance assessment, yakni
tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik secara berkelompok; (5) individual performance assessment, yakni
tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri oleh peserta
didik misalnya kegiatan membaca bukubuku, jurnal, majalah, koran atau internet;
(6) interview, yakni peserta didik harus merespons pertanyaan-pertanyaan lisan
dari guru; (7) observasi, yakni guru meminta peserta didik melakukan suatu
tugas. Selama melaksanakan tugas tersebut peserta didik diamati baik secara
terbuka maupun tertutup atau observasi partisipasi; (8) portofolio,yakni satu
kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun
urutan kategori kegiatan; (9) project,
exhibition, atau demontrasi, yakni penyelesaian tugas-tugas yang kompleks
dalam suatu jangka tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan
sampai pada tingkatan tertentu pula; (10) short
answer, yakni menuntut jawaban singkat dari peserta didik, tetapi bukan memilih
jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan tugas (task)
membutuhkan langkah-langkah yang penting agar dapat menyusun tugas dengan baik
dan dapat menggambarkan kompleksitas dari tugas tersebut. Oleh karena itu bagi
guru dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang baik melalui pelatihan yang
memadai dan terus menerus.
Pelaksanaan
Asesmen Kinerja Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru
dalam menyusun tugas-tugas sebagai berikut :
Langkah pertama : Merancang pembelajaran
•
Analisis Kurikulum, sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan
•
Mengidentifikasi pengetahuan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh
peserta
didik pada saat/setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan/atau setelah
mengerjakan atau menyelesaikan tugas (taks) asesmen kinerja. Identifikasi
pengetahuan
dan keterampilan tersebut meliputi:
a.
Jenis pengetahuan dan keterampilan yang dapat dilatih dan dicapai oleh peserta
didik
b.
Pengetahuan dan keterampilan bernilai
tinggi untuk dipelajari
c.
Penerapan pengetahuan dan keterampilan tersebut memang terdapat dalam kehidupan
nyata di masyarakat
•
Merancang model pembelajaran melalui pendekatan berpikir terutama berpikir kesejarahan
seperti: perspektif global dengan orientasi masalah yang kontroversial,
pemetaan konsep atau pengembangan keterampilan sosial, media pembelajaran dan
tugas-tugas untuk asesmen kinerja yang memungkinkan peserta didik menunjukkan
kemampuan berpikir dan keterampilan sesuai tingkat perkembangan peserta didik.
Dengan demikian model pembelajaran yang digunakan serta tugas-tugas yang
diberikan dapat memotivasi peserta didik untuk
belajar.
•
Menetapkan kriteria keberhasilan (rubrik)
yang akan dijadikan tolak ukur untuk
menyatakan
bahwa seorang peserta didik telah mencapai tingkat pengetahuan atau
keterampilan yang diharapkan. Kriteria tersebut sebaiknya cukup rinci, sehingga
setiap aspek kinerja yang diharapkan dicapai oleh peserta didik mempunyai
kriteria tersendiri.
•
Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja peserta didik dengan
rubrik yang telah dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja
atau hasil kerja peserta didik dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi,
terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan yang akan diases
(dinilai).
Langkah kedua: Melaksanakan pembelajaran
•
Dikembangkan misalnya melalui pendekatan berpikir kesejarahan dalam bentuk
pendidik
menjelaskan (ekspositori),
menggunakan orientasi masalah yang kontroversial, pengembangan keterampilan
sosial, diskusi, penggunaan berbagai media pembelajaran seperti: peta konsep,
kartun, bagan, film, novel dan lain sebagainya, peserta didik melakukan
eksperimen, menyusun media pembelajaran, melakukan observasi dan wawancara atau
menyelesaikan suatu proyek dengan jangka waktu tertentu, mendemontrasikan,
bermain peran, sosio drama dan lain sebagainya. Dalam aspek ini yang perlu
diperhatikan adalah memelihara perhatian peserta didik dan menyusun organisasi
materi dan tugas secara eksplisit, sehingga mereka tetap memiliki perhatian
langsung pada proses pembelajaran. Selain itu pelaksanaan proses pembelajaran
harus memiliki hubungan logis antar materi dan tugas yang dilaksanakan sehingga
peserta didik dapat melihat keterhubungan antara gagasan satu sama lainnya.
•
Pendidik mendorong dan memotivasi
peserta didik.
•
Pendidik melakukan pertemuan secara rutin dengan peserta didik guna mendiskusikan
proses pembelajaran yang akan menghasilkan suatu kinerja peserta didik,
sehingga setiap langkah peserta didik dapat memperbaiki kelemahan yang mungkin
terjadi.
•
Memberikan umpan balik secara bersinambungan kepada peserta didik
•
Mempresentasikan dan memamerkan keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam
portofolio bersama-sama dengan karya keseluruhan peserta didik sehingga
memotivasi
peserta didik untuk mengerjakan tugas dengan baik dan serius
Langkah ketiga: Mengevaluasi pembelajaran
•
Penilaian suatu tugas (task) dimulai
dengan menegakkan kriteria penilaian yang
dilakukan
bersama-sama antara pendidik dan peserta didik atau dengan partisipasi
peserta
didik.
•
Kriteria yang disepakati itu diterapkan secara konsisten, baik oleh pendidik maupun
peserta didik. Bila ada persepsi yang berbeda maka hal itu dibicarakan pada
waktu pertemuan secara berkala antara pendidik dengan peserta didik
•
Arti penting dari tahap asesmen alternatif ini adalah self assessment yang
dilakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik menghayati dengan baik kekuatan
dan kelemahannya.
•
Hasil penilaian kinerja ini dijadikan tujuan baru bagi proses pembelajaran berikutnya.
Setelah menyimak langkah-langkah penyusunan tugas,
terdapat beberapa catatan penting yang hendaknya diperhatikan guru dalam
mengembangkan tugas-tugas (task) untuk asesmen kinerja, yaitu sebagai berikut :
1.
Tugas-tugas merupakan hal yang biasa dalam proses pembelajaran, jadi bukan hal
yang baru. Namun demikian agar peserta didik dapat mengerjakan tugas-tugas dengan
baik maka tugas-tugas hendaknya disusun terstuktur dan terintegrasi di dalam
proses pembelajaran
2.
Tugas-tugas yang baik adalah tugas-tugas yang mengacu kepada kehidupan yang
nyata di masyarakat. Tugas yang demikian membutuhkan pendekatan yang
multidisipliner sehingga tugas-tugas tersebut sangat dianjurkan untuk ditinjau
terlebih dahulu oleh teman sejawat dari bidang studi yang berbeda agar cukup
komprehensif. Misalnya keterpaduan dalam pembelajaran sejarah dapat
dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama wilayah setempat,
misalnya: Candi Borobudur atau potensi-pontensi lokal di lingkungan masyarakat
tempat siswa tinggal. Melalui kajian ini diharapkan siswa memahami potensi
lokal di sekitarnya. Kajian ini dapat dikembangkan melalui, faktor geografis,
sosial, sejarah, budaya dan ekonomi.
3.
Semua tugas harus diberikan kepada siswa secara adil. Hal ini tidak berarti bahwa
semua peserta didik harus memperoleh tugas yang sama, tetapi sebaiknya tugas
yang diberikan kepada peserta didik perlu dipertimbangkan bahwa tugas tersebut
demi kepentingan peserta didik bukan kepentingan guru
4.
Kemampuan peserta didik sehingga dapat menimbulkan keputusasaan.
5.
Setiap tugas perlu ada petunjuk pengerjaan yang sangat jelas sehingga tanpa bertanya lagi setiap peserta didik dapat
melakukan tugas tersebut. Oleh karena itu apabila akan menerapkan asesmen
kinerja, seorang guru selain harus menyusun tugas (task) dan kriteria
penilaian (rubric) hendaknya disusun pula panduan pengerjaan tugas yang
jelas.
Agar asesmen kinerja dapat tercapai dengan baik
diperlukan perubahan
pandangan
dari guru sejarah terhadap proses pembelajaran, yakni: (1) guru tidak lagi memandang
dirinya sebagai pusat belajar, sedangkan peserta didik dipandang sebagai unsur
yang harus menerima apa yang disampaikan oleh guru; (2) materi pelajaran yang
terdapat dalam dokumen kurikulum tidak harus disampaikan dalam kegiatan tatap
muka di kelas, tetapi dapat disampaikan melalui tugas, proyek atau simulasi dan
lain-lain; (3) guru harus memulai mengorganisasikan bahan pelajaran secara
terpadu, yaitu pengorganisasian melalui penggabungan materi pelajaran antar
bidang studi yang memiliki tema yang sama. Hal ini sangat memerlukan kemampuan
para guru sejarah dalam melihat esensi yang relevan dari setiap materi
pelajaran yang akan dikembangkan. Dengan cara seperti ini maka guru tidak akan
selalu mengeluhkan soal kekurangan waktu pembelajaran sejarah, yang makin hari
makin dikurangi jam pelajarannya; (4) menggunakan berbagai pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada aktifiktas siswa dalam PBM, seperti: inquiry, cooperative learning, contextual
learning, sosio drama, bermain peran, diskusi dan lain sebagainya. Melalui pendekatan
itu diharapkan mampu membangkitkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas
peserta didik dalam belajar sejarah.
Asesmen Kinerja ditujukan untuk
kelas XI
•
Materi Pokok adalah “proses muncul dan berkembangnya pergerakan nasional Indonesia”.
•
Tujuan : Menganalisis hubungan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan
kebangsaan serta munculnya keragaman ideologi di Indonesia.
•
Asesmen kinerja yang dapat dirancang untuk mencapai tujuan tersebut adalah : Tugas
Kelompok.
Bacalah
pernyataan berikut ini secara baik, pahami maknanya: Moh. Hatta dalam
tulisannya yang diterbitkan Hindia Poetra pada tanggal 3 Maret 1923
mengemukakan bahwa : masa depan bangsa Indonesia sepenuhnya
tergantung pada susunan pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat
dalam arti yang sesungguhnya, karena hanya lembaga seperti itulah yang
berkenan bagi rakyat. Untuk mencapainya setiap orang Indonesia harus
berjuang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya, dengan tenaga dan
kekuatan sendiri tanpa tergantung pada bantuan asing.
Berdasarkan
pernyataan di atas, jawablah pertanyaan berikut ini :
1.
Bagaimana hubungan pernyataan Moh.Hatta di atas dengan kondisi bangsa Indonesia
pada saat ini ? Uraian kalian hendaknya meliputi permasalahan aspek-aspek
politik (pemerintahan), sosial dan ekonomi yang dihadapi bangsa kita pada masa
sekarang.
2.
Langkah-langkah apakah yang sebaiknya ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk
mewujudkan “kedaulatan rakyat” yang sesungguhnya bagi bangsa Indonesia !.
3.
Mengapa solusi tersebut di atas merupakan cara yang efektif untuk mencapai
kedaulatan rakyat tersebut?
Untuk
menjawab pertanyaan di atas, hendaknya kalian :
Ø
Mengerjakan tugas ini secara kelompok.
Setiap kelompok beranggotakan 3 – 4 orang.
Ø
Menggunakan berbagai sumber informasi,
baik dari buku, koran, majalah atau internet.
Ø
Mengerjakan tugas ini selama satu minggu.
Ø
Setiap kelompok diwajibkan
mempresentasikan hasilnya dalam bentuk diskusi kelas. Untuk itu setiap kelompok
menyiapkan presentasi-nya masing-masing.
Berikut ini adalah contoh rubrik yang
dapat digunakan pada pembelajaran sejarah:
Pedoman
penskoran (rubrik) Tugas Kelompok
Nilai
|
Deskripsi
|
A
|
Respons
terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan memberikan pemahaman
yang utuh dari tugas. Jawaban jelas, singkat dan langsung ke masalah yang
diminta dengan menggunakan berbagai informasi yang akurat. Pendapat dan
kesimpulan mengalir secara baik dan logis. Secara keseluruhan respons
terhadap tugas lengkap dan sangat baik
|
B
|
Respons
terhadap tugas sudah baik. Informasi yang diberikan cukup akurat dengan
menggunakan berbagai sumber informasi. Respons yang dikemukakan dalam tulisan
baik dengan pendapat serta kesimpulan yang baik pula. Jawaban dan uraian
tugas cenderung bertele-tele
|
C
|
Respons yang
diberikan kurang memuaskan. Informasi yang diberikan akurat dengan
menggunakan berbagai sumber informasi tetapi tidak ada kesimpulan atau
pendapat. Alur berpikir yang dikemukakan dalam tugas
kurang logis
dan cenderung bertele-tele
|
D
|
Respons tidak
menjawab tugas yang diminta. Banyak informasi yang tidak akurat karena tidak
menggunakan sumber informasi. Tidak ada kesimpulan dan pendapat. Secara
keseluruhan respons tidak akurat dan tidak lengkap
|
Pedoman
penskoran (Rubrik) diskusi kelas
Tema
Diskusi :
…………………………………………………………….
Tanggal
Diskusi : …………………………………………………………….
Waktu
pelaksanaan : …………………………………………………………….
Tujuan :
…………………………………………………………….
No
|
Aspek
Yang Diukur
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Aktifitas
siswa berpartisipasi dalam
kegiatan
diskusi
|
|
|
|
|
|
2
|
Jalinan
kerjasama antara siswa
dengan
kelompoknya
|
|
|
|
|
|
3
|
Kemampuan
siswa dalam
mengemukakan
pendapatnya
|
|
|
|
|
|
4
|
Kemampuan
siswa dalam
mengembangkan
aspek berpikirnya
|
|
|
|
|
|
5
|
Kemampuan
siswa dalam membantah
pendapat orang
lain
|
|
|
|
|
|
6
|
Kemampuan
siswa dalam mendukung
pendapat orang
lain
|
|
|
|
|
|
7
|
Kemampuan
siswa dalam menarik
Kesimpulan
|
|
|
|
|
|
8
|
Sikap siswa
terhadap proses diskusi
|
|
|
|
|
|
9
|
Secara
keseluruhan proses diskusi
Kelas
|
|
|
|
|
|
Keterangan
:
1
= sangat kurang, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = baik, 5 = baik sekali
KESIMPULAN
Karakteristik utama asesmen kinerja tidak hanya
mengukur hasil belajar
peserta
didik saja, tetapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang
proses pembelajaran. Dengan perkataan lain asesmen kinerja merupakan proses
yang menyertai seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran dengan cara siswa
mempertunjukkan kinerjanya. Tugas-tugas asesmen kinerja dapat diwujudkan dengan
bentuk: computer adaptive testing, tes pilihan ganda yang diperluas,
extended-response atau open ended question, group performance assessment,
individual performance assessment, interview, observasi, portofolio, project,
exhibition, short answer dan lain sebagainya.
Keterlaksanaan asesmen kinerja sangat ditentukan
oleh tingkat keaktifan dan kekreatifan guru dan peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran Sejarah. Semakin tinggi tingkat keaktifan dan kekreatifan
peserta didik dan guru semakin tinggi pula tingkat keefektifan pelaksanaan
asesmen kinerja dan semakin rendah tingkat keaktifan dan kreativitas peserta
didik dan guru maka semakin rendah pula tingkat keefektifan asesmen kinerja
bahkan mungkin tidak dapat berjalan dengan baik, asesmen kinerja menjadi kumpulan
tugas yang tidak bermakna bagi peserta didik dan guru. Oleh karena itu, guru harus
mampu merancang dan melaksanakan suatu program pengajaran dan penilaian (asesmen
kinerja) yang mampu membuat siswa aktif dan kreatif. Untuk itu program pengajarannya
harus bersifat terpadu.
Asesmen kinerja dapat tercapai dengan baik
diperlukan perubahan pandangan dari guru Sejarah terhadap proses pembelajaran,
yakni: (1) guru tidak lagi memandang dirinya sebagai pusat belajar, sedangkan
peserta didik dipandang sebagai unsur yang harus menerima apa yang disampaikan
oleh guru; (2) materi pelajaran yang terdapat dalam dokumen kurikulum tidak
harus disampaikan dalam kegiatan tatap muka di kelas, tetapi dapat disampaikan
melalui tugas, proyek atau simulasi dan lain-lain; (3) guru harus mampu
mengorganisasikan bahan pelajaran secara terpadu. Hal ini sangat memerlukan
kemampuan para guru Sejarah dalam melihat esensi yang relevan dari setiap
materi pelajaran yang akan dikembangkan. Dengan cara seperti ini maka guru
tidak akan selalu mengeluhkan soal kekurangan waktu pembelajaran Sejarah, yang makin
hari makin dikurangi jam pelajarannya; (4) menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran
yang menekankan kepada aktifiktas siswa dalam PBM, seperti: inquiry, cooperative
learning, contextual learning, sosio drama, bermain peran, diskusi dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan itu diharapkan mampu membangkitkan motivasi belajar, keaktifan
dan kreativitas peserta didik dalam belajar Sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Airasian, P.W.
1991. Classroom Assessment. New York
: McGraw-Hill.Inc.
Ana Ratna
Wulan.tt. Skenario Baru Bagi Implementasi
Asesmen Kinerja Pada Pembelajaran Sains Di Indonesia. Artikel dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/Ana_Ratna
Wulan/Skenario_baru_asesmen_kinerja.pdf, diunduh pada 02 Mei 2012.
Hamalik,
Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Hariyono. 1995. Mempelajari
Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hasan,
S. Hamid & Yani Kusmarni.tt. Bahan
Ajar Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio dalam Pembelajaran Sejarah.
Dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PSEJ/S.
Hamid Hasan-Yani Kusmarni/Bahan Ajar-Evaluasi-PPG_UPI.pdf, diakses pada 29
September 2011.
Miles & Huberman.1984.
Qualitative Data Analysis. Beverly
Hills:Sage.
Supriatna,
Nana. 2007. Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama
Press
Zainul,
Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: UT.
[1]
Miles&Huberman.1984. Qualitative Data
Analysis. Beverly Hills:Sage. Dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PSEJ/S.
Hamid Hasan-Yani Kusmarni/Bahan Ajar-Evaluasi-PPG_UPI.pdf, diakses pada 29
September 2011.
[2] Ana Ratna
Wulan.tt. Skenario Baru Bagi Implementasi
Asesmen Kinerja Pada Pembelajaran Sains Di Indonesia. h.2. Artikel dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATNAWULAN/Skenario_baru_asesmen_kinerja.pdf.
Diunduh pada 02 Mei 2012.
[3] Ibid. h.2.
[4] P.W. Airasian.1991.Classroom Assessment.New York:
McGraw-Hill Inc.
[5] Asmawi
Zainul. 2001. Alternative Assessment. Jakarta:
UT. h.10-11.
[6] S. Hamid Hasan
& Yani Kusmarni.tt. Bahan Ajar
Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio dalam Pembelajaran Sejarah. h.5-6.
Dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PSEJ/S.
Hamid Hasan-Yani Kusmarni/Bahan Ajar-Evaluasi-PPG_UPI.pdf, diakses pada 29
September 2011.
[7] Asmawi
Zainul.Op.Cit.
h.10-11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar