SEJARAH VIRUS CORONA
Sumber : Merdeka.com/23 Maret 2020 |
Dilihat dari sejarahnya, virus corona pertama kali diidentifikasi
sebagai penyebab flu biasa pada tahun 1960. Hingga sampai tahun 2002, virus itu
belum dianggap fatal. Tetapi, pasca adanya Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS-Cov) di China, para pakar mulai berfokus pada penyebab dan menemukan
hasil apabila wabah ini diakibatkan oleh bentuk baru corona. Pada tahun 2012,
terjadi pula wabah yang mirip yakni Middle East Respiratory Syndrome (MERS-Cov)
di Timur Tengah. Dari kedua peristiwa itulah diketahui bahwa corona bukan virus
yang stabil serta mampu berdaptasi menjadi lebih ganas, bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Sejak itulah, penelitian terhadap corona semakin
berkembang. Munculnya jenis baru corona Prof Soewarno yang juga Wakil Dekan III
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga tersebut berpendapat
bahwa virus corona jenis baru atau Novel Corona Virus ( 2019-nCoV ) yang
sekarang sedang berkembang, bukan merupakan sebuah hal baru, melainkan hasil
dari mutasi. Virus itu serupa dengan corona yang menjadi penyebab SARS-Cov dan
MERS-Cov. "Sebenarnya virus corona sudah ditemukan sejak lama, baik pada
manusia maupun hewan. Contohnya unggas, kalkun, babi, tikus, kucing, dan anjing
yang masing-masing ada sendiri. Begitu juga manusia," ujarnya seperti
dikutip dari laman resmi Unair. Sementara ini, terdapat tujuh jenis virus
corona yang ditemukan sejak tahun 1960 hingga tahun 2019 kemarin dengan nama
Novel Corona Virus.
Virus corona sendiri terbagi menjadi empat jenis genus, yakni:
Alpha coronavirus
Beta coronavirus
Gamma coronavirus
Delta coronavirus
Namun, virus corona yang menyerang manusia hanya berasal dari genus
alpha dan genus beta (paling berbahaya). Sementara virus corona yang menyerang
hewan adalah genus delta serta genus gamma.
Tujuh jenis virus
korona 4 virus corona yang menulari manusia:
HCoV-229E (alpha coronavirus)
HCoV-NL63 (alpha coronavirus)
HCoV-OC43 (beta coronavirus)
HCoV-HKU1 (beta coronavirus)
3 virus corona yang menginfeksi hewan merupakan genus beta pasca
berevolusi dalam bentuk baru, yakni:
SARS-Cov
MERS-Cov
2019-ncov
"Secara struktur, ketiga virus corona jenis baru itu, memiliki
persamaan dari segi struktur maupun morfologi. Tetapi berbeda secara genetik
dan host. Selain itu, karena mampu menginfeksi manusia, maka virus ini
dikategorikan sebagai zoonosis," kata Prof. Soewarno. Tak hanya itu saja,
virus corona juga mempunyai sejumlah karakteristik. Yakni, bersifat
Single-stranded RNA sehingga mudah untuk mengalami mutasi. Selanjutnya, terdapat
empat macam protein yang berperan penting di dalamnya, antara lain:
protein
spike
protein matrix
protein envelope
nucleoprotein
Dari keempatnya, protein spike merupakan jenis yang paling sering
melakukan mutasi karena memiliki peran sebagai reseptor yang menempel di host.
"Dulunya, virus corona ini tergolong host-spesific. Artinya, hanya bisa
menginfeksi antar binatang atau antar manusia saja. Tetapi dengan adanya proses
mutasi, memungkinkan untuk menginfeksi makhluk hidup lain. Selain itu, corona
juga bisa mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan, host, waktu,
serta perubahan sifat RNA-nya," jelasnya.
Penyebaran novel corona virus
Dari sejumlah pemberitaan yang beredar, penyebaran 2019-nCoV, diduga
memiliki keterkaitan dengan aktivitas sejumlah masyarakat dalam mengonsumsi
satwa liar seperti tikus, kelelawar, curut, karnivora, dan primata. Meskipun
masih terdapat polemik mengenai perihal penyebab pasti dari 2019-nCoV, baik
pakar maupun otoritas kesehatan terus bergerak untuk melakukan penelitian
lanjutan maupun penanganan terkait virus ini. "Berbeda dengan virus corona
yang beredar sebelumnya, dimana SARS-Cov berasal dari kelelawar, sementara
MERS-Cov ditularkan oleh unta. Sejauh ini, diperoleh kesimpulan apabila
2019-ncov, mengalami mutasi pada kelelawar, lalu berlanjut ke ular, dan
berakhir masuk ke manusia. Karena itu, masyarakat disarankan untuk menghindari
konsumsi satwa liar," ujar Prof. Soewarno Dia mencontohkan pada hewan
kelelawar. Menurutnya, terdapat tiga jenis kelelawar, yakni kelelawar pemakan
serangga, kelelawar penghisap darah, dan kelelawar pemakan buah. Ketiga jenis
kelelawar tersebut sama-sama bertindak sebagai vektor virus atau perantara
penyakit sehingga tak disarankan untuk dikonsumsi manusia. "Selain itu,
kelelawar juga dapat membawa virus dari beberapa jenis, seperti halnya
lyssavirus, coronavirus, adenivirus, dan paramyxovirus, yang ditularkan melalui
gigitan atau air liur. Jika hal itu terjadi, maka akan berbahaya bagi
manusia," katanya.
(Artikel diambil dari : http://gg.gg/Covid19_History)
PETUNJUK PENUGASAN SISWA :
- Buatlah infografis dari artikel di atas, baik secara digital maupun buatan tangan (pilih salah satu).
- Hasil pekerjaan dikumpulkan atau diunggah melalui Google Classroom.
- Kode Classroom :
- XII IPS 1 : atzedk7
- XII IPS 2 : ecomed2
- XII MIPA 1 : 4ibvllb
- XII MIPA 2 : ikpohju
- XII MIPA 3 : n5avmrw
- XII MIPA 4 : ezragss
- XII MIPA 5 : itdqybe
- XII MIPA 6 : 76giva2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar