Rabu, 04 Juli 2012

Pengembangan Asesmen Kinerja Dalam Pembelajaran Sejarah


PENGEMBANGAN ASESMEN KINERJA
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Pendahuluan
Miles & Huberman mengemukakan bahwa telah terjadi lompatan paradigma (the shifting of paradigm) dari yang berorientasi kuantitatif ke arah yang lebih kualitatif terjadi dalam bidang pendidikan[1]. Pergeseran paradigma tersebut membawa dampak perubahan dalam semua komponen pendidikan termasuk pula pendidikan Sejarah. Pada pendidikan Sejarah terlihat pergeseran orientasi dari penekanan pada penguasaan materi (esensialisme), menekankan kepada pembinaan kemampuan berpikir rasionalisme akademik (perenialisme) serta penekanan bidang penilaian hanya melalui tes hasil belajar sedangkan alat ukur lainnya seperti : pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman diskusi, angket (kuesioner), skala sikap, daftar isian (check list), tugas individu/mandiri dan tugas kelompok, dll hanya sebagai pelengkap dari tes kepada membangun orientasi baru pada masalah (problem oriented) dan memandang keterampilan (skills) lebih penting daripada pengetahuan (knowledge). Demikian pula dalam bidang penilaian mulai dikenal istilah penilaian autentik (authentic assessment) atau asesmen alternatif (alternative assessment) yang dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran, bahkan asesmen itu sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran .
Paparan di atas, menunjukkan bahwa alat ukur yang dapat diterapkan di
persekolahan hendaknya terdiri dari berbagai macam alat ukur, bukan hanya menggunakan tes hasil belajar, baik tes formatif maupun tes sumatif saja tetapi juga asesmen, baik itu asesmen kinerja, asesmen rubric ataupun asesmen portofolio merupakan alat evaluasi yang penting juga diterapkan di persekolahan, sehingga siswa dibimbing dan dituntun bukan hanya belajar untuk nilai, menjadi juara dan mengejar nilai tetapi juga akan mengantarkan siswa pada kesadaran dan pemahaman. Dari kesadaran dan pemahamanan itulah muncul rasa keingintahuan, memiliki keterampilan sosial, keterampilan berkomunikasi, memiliki nilai-nilai budi pekerti yang luhur, inquiry dan lain sebagainya.
Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi siswa. Melalui kegiatan evaluasi,  sebagai seorang guru tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan tentang bagaimana atau seberapa jauh sesuatu hasil atau proses yang diperoleh seorang peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran di persekolahan.
Makalah ini akan menitikberatkan pembahasan tentang asesmen, terutama asesmen kinerja. Materi ini akan kita bahas secara mendalam karena asesmen kinerja merupakan salah satu asesmen penting dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan informasi lebih banyak tentang kemampuan
peserta didik dalam proses maupun produk, bukan sekedar memperoleh informasi
tentang jawaban benar atau salah saja. Dengan perkataan lain asesmen tersebut merupakan proses yang menyertai seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran dengan cara peserta didik mempertunjukkan kinerjanya. Seperti yang dikemukakan Ana Ratna Wulan bahwa asesmen kinerja merupakan salah satu alat untuk memperbaiki cara mengajar guru dan cara belajar peserta didik[2].
Makalah ini tersajikan dalam tiga bagian yakni : (1) pada bagian ini kita akan membahas tentang pengertian, kegunaan, kelebihan dan kelemahan asesmen kinerja; (2) bagian ini kita akan membahas dan latihan menyusun tugas (task) dalam asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah; (3) bagian ini kita mencoba untuk membahas dan latihan membuat kriteria penilaian (rubric) dalam asesmen kinerja pada pembelajaran sejarah.
Pengertian, Kegunaan, Kelebihan Dan Kelemahan Asesmen Kinerja
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar di persekolahan terdapat kecenderungan dari para guru untuk mengutamakan penggunaan tes (paper and pencil test) sebagai satu-satunya alat ukur yang terpenting dalam proses pendidikan. Kondisi seperti ini mendorong penggunaan tes secara berlebihan untuk mengukur semua tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Padahal tes itu sendiri memiliki keterbatasan, karena tidak mampu mengukur kemampuan peserta didik yang sebenarnya dan hanya terfokus pada beberapa aspek saja. Tes ini juga tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan kemampuan atau potensi masing-masing. Karena itu pelaksanaan penilaian di persekolahan harus mencakup berbagai jenis alat ukur. Hal ini disebabkan semua alat ukur memiliki peranan tersendiri dan saling mendukung dalam pengukuran hasil belajar.
Asesmen kinerja merupakan bagian dari asesmen alternatif[3]. Yang dimaksud dari alternatif disini adalah alternatif dari tes baku. Sejak pertengahan tahun 1980-an para ahli pendidikan banyak berbicara tentang berbagai kelemahan tes baku yang peranannya semakin dominan di dalam sistem persekolahan. Tes baku semakin luas dipersoalkan sebagai bagian yang terisolir dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan tes baku didasarkan pada prinsip-prinsip validitas, realiabilitas, keadilan dan kemanfaatan.
Oleh karena itu asesmen alternatif dianggap sebagai upaya untuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran. Melalui asesmen alternatif ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran.
Penjelasan di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya asesmen kinerja yang merupakan bagian dari asesmen alternatif adalah suatu asesmen yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban dari alternatif jawaban yang disediakan. Seperti yang diungkapkan Airasin bahwa asesmen kinerja adalah penilaian yang mampu membuat peserta didik memberikan suatu jawaban atau suatu hasil dengan mendemonstrasikan atau mempertunjukkan segala pengetahuan dan keterampilan atau kinerjanya[4]. Dengan perkataan lain asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Misalnya dalam pembelajaran sejarah asesmen kinerja dapat digunakan apabila peserta didik diminta untuk menceritakan peristiwa sejarah tertentu dengan kalimat sendiri atau dapat pula peserta didik diminta untuk memecahkan masalah atau kasus dalam pembelajaran sejarah atau dapat pula peserta didik mendemontrasikan suatu drama sejarah atau bermain peran mengenai tokoh-tokoh
sejarah atau dapat pula peserta didik diberi tugas membuat peta sejarah, peta
konsep, film pendek tentang peristiwa sejarah dan lain sebagainya.
Asmawi Zainul mengungkapkan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu dilaksanakan dipersekolahan[5], yaitu :
1. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali peserta didik secara lebih utuh karena pada kenyataannya tidak semua peserta didik yang kurang berhasil dalam tes objektif atau tes uraian biasanya dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif. Dengan demikian asesmen kinerja peserta didik dapat melengkapi cara penilaian lainnya.
2. Dapat melihat kemampuan dan keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses pembelajaran berakhir. Asesmen kinerja membantu guru memudahkan mengamati dan menilai peserta didik dalam belajar sesuatu. Dengan demikian akan diperoleh informasi tentang bagaimana peserta didik berintegrasi dengan lingkungan selama proses pembelajaran
3. Adanya kemampuan peserta didik yang sulit diketahui hanya dengan melihat hasil tes tertulis saja atau hasil akhir pekerjaan mereka.
Untuk itu, Lynn S Fuchs dalam S. Hamid Hasan & Yani Kusmarni menunjukkan tujuh kriteria supaya asesmen dapat membantu guru dalam membuat keputusan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran secara tepat di persekolahan[6], yaitu asesmen yang :
1. Mengukur hasil belajar yang penting
2. Menyentuh ketiga bentuk keputusan baik penempatan, formatif maupun diagnostik
3. Memberikan deskripsi yang jelas tentang kinerja peserta didik yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pembelajaran
4. Sesuai dengan model pembelajaran yang dilakukan
5. Mudah dilaksanakan, mudah membuat skor, dan mudah diinterpretasikan
6. Memberi gambaran yang jelas tentang tujuan pembelajaran
7. Menghasilkan informasi yang akurat dan bermakna
Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil. Dengan perkataan lain asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan.
2. Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik. Keterlibatan langsung peserta didik dalam perumusan tujuan belajar, pemilihan jenis tugas, penetapan kriteria penilaian akan membuat para peserta didik lebih tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Cara seperti ini dapat memotivasi belajar dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta didik, serta proses dialog antara peserta didik dan guru merupakan faktor penting dalam asesmen kinerja.
3. Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan yang berupa kemampuan lisan maupun fisik. Misalnya dalam pembelajaran sejarah kegiatan bermain peran dan sosio drama.
4. Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata. Hal ini dikarenakan asesmen kinerja lebih menekankan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, bukan apa yang dapat diketahui peserta didik.Oleh karena itu unjuk kerja yang ditunjukkan oleh peserta didik sebaiknya ditekankan pada kehidupan nyata terutama kehidupan nyata di sekitar lingkungan sekolah atau rumah peserta didik. Misalnya peserta didik melakukan observasi tentang sejarah sekolah atau melakukan wawancara tentang keluarganya dan lain sebagainya
Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut :
1. Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam penggunaannya. Asesmen kinerja tidak bisa disusun dengan waktu yang tergesa-gesa karena akan menghasilkan suatu perangkat penilaian yang tidak akan mencapai sasaran tujuan yang dikehendaki.
2. Dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam penggunaannya, laporan dari hasil asesmen harus dibuat sesegera mungkin, karena penundaan pembuatan laporan akan menimbulkan bias sehingga hasil belajar itu menjadi tidak berarti.
3. Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas rendah. Hal ini disebabkan asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang besar dari guru sehingga subjektivitas penskoran dan penilaian akan tinggi. Dampak dari subjektivitas yang tinggi akan menyebabkan reliabitas rendah. Untuk meminimalkan subjektivitas dalam asesmen kinerja guru harus membuat kriteria penilaian (rubric) yang jelas.
4. Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih banyak daripada kelompok. Asesmen kinerja lebih menuntut penilaian secara individual daripada kelompok. Pekerjaan seperti ini membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang cukup besar sehingga apabila guru mengerjakannya dengan tidak serius akan menjadi pekerjaan yang sia-sia.

Tugas (task) dalam Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sejarah
Asesmen kinerja meminta peserta didik untuk melakukan unjuk kerja (performance) bukan memilih atau menjawab salah satu dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Salah satu persyaratan penting dalam asesmen kinerja adalah pemberian tugas (task). Dengan perkataan lain asesmen kinerja tidak dapat dilakukan tanpa adanya tugas nyata, seperti yang diungkapkan Zainul Asmawi bahwa asesmen kinerja terdiri dari dua bagian yaitu tugas (task) dan satu daftar criteria eksplisit untuk menilai kinerja atau produk[7].
Aspek yang dinilai dalam kinerja meliputi aspek prosedur, keterampilan dan produk atau hasil. Jika prosedur dinilai, artinya penguji mencoba menentukan
seberapa terampil seseorang menampilkan prosedur yang diinginkan sedangkan penilaian produk menekankan kualitas hasil akhir. Berdasarkan kedua aspek yang
akan dinilai tersebut dapat disimpulkan bahwa guru tidak dapat menilai kinerja peserta didik tanpa adanya tugas-tugas, begitu juga guru tidak dapat menilai tingkat prestasi peserta didik tanpa tugas-tugas nyata. Oleh karena itu, menurut Asmawi Zainul bahwa tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh peserta didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran dan kehidupan nyata peserta didik.
Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio atau tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk yang paling nyata. Tugas-tugas kinerja dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk yaitu : (1) computer adaptive testing, yakni tes yang sepanjang tidak berbentuk tes objektif menuntut peserta tes mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan nyata; (2) tes pilihan ganda yang diperluas, yaitu bentuk tes objektif yang menuntut peserta didik untuk berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar ; (3) extended-response atau open ended question, dapat digunakan asal tidak hanya menuntut adanya jawaban benar yang berpola; (4) group performance assessment, yakni tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik secara berkelompok; (5) individual performance assessment, yakni tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri oleh peserta didik misalnya kegiatan membaca bukubuku, jurnal, majalah, koran atau internet; (6) interview, yakni peserta didik harus merespons pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru; (7) observasi, yakni guru meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan tugas tersebut peserta didik diamati baik secara terbuka maupun tertutup atau observasi partisipasi; (8) portofolio,yakni satu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan; (9) project, exhibition, atau demontrasi, yakni penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pula; (10) short answer, yakni menuntut jawaban singkat dari peserta didik, tetapi bukan memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Penyusunan tugas (task) membutuhkan langkah-langkah yang penting agar dapat menyusun tugas dengan baik dan dapat menggambarkan kompleksitas dari tugas tersebut. Oleh karena itu bagi guru dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang baik melalui pelatihan yang memadai dan terus menerus.

Pelaksanaan Asesmen Kinerja Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam menyusun tugas-tugas sebagai berikut :
Langkah pertama : Merancang pembelajaran
• Analisis Kurikulum, sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
• Mengidentifikasi pengetahuan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh
peserta didik pada saat/setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan/atau setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas (taks) asesmen kinerja. Identifikasi
pengetahuan dan keterampilan tersebut meliputi:
a. Jenis pengetahuan dan keterampilan yang dapat dilatih dan dicapai oleh peserta didik
b. Pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi untuk dipelajari
c. Penerapan pengetahuan dan keterampilan tersebut memang terdapat dalam kehidupan nyata di masyarakat
• Merancang model pembelajaran melalui pendekatan berpikir terutama berpikir kesejarahan seperti: perspektif global dengan orientasi masalah yang kontroversial, pemetaan konsep atau pengembangan keterampilan sosial, media pembelajaran dan tugas-tugas untuk asesmen kinerja yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilan sesuai tingkat perkembangan peserta didik. Dengan demikian model pembelajaran yang digunakan serta tugas-tugas yang diberikan dapat memotivasi peserta didik untuk
belajar.
• Menetapkan kriteria keberhasilan (rubrik) yang akan dijadikan tolak ukur untuk
menyatakan bahwa seorang peserta didik telah mencapai tingkat pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan. Kriteria tersebut sebaiknya cukup rinci, sehingga setiap aspek kinerja yang diharapkan dicapai oleh peserta didik mempunyai kriteria tersendiri.
• Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja peserta didik dengan rubrik yang telah dikembangkan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja peserta didik dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi, terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan yang akan diases (dinilai).
Langkah kedua: Melaksanakan pembelajaran
• Dikembangkan misalnya melalui pendekatan berpikir kesejarahan dalam bentuk
pendidik menjelaskan (ekspositori), menggunakan orientasi masalah yang kontroversial, pengembangan keterampilan sosial, diskusi, penggunaan berbagai media pembelajaran seperti: peta konsep, kartun, bagan, film, novel dan lain sebagainya, peserta didik melakukan eksperimen, menyusun media pembelajaran, melakukan observasi dan wawancara atau menyelesaikan suatu proyek dengan jangka waktu tertentu, mendemontrasikan, bermain peran, sosio drama dan lain sebagainya. Dalam aspek ini yang perlu diperhatikan adalah memelihara perhatian peserta didik dan menyusun organisasi materi dan tugas secara eksplisit, sehingga mereka tetap memiliki perhatian langsung pada proses pembelajaran. Selain itu pelaksanaan proses pembelajaran harus memiliki hubungan logis antar materi dan tugas yang dilaksanakan sehingga peserta didik dapat melihat keterhubungan antara gagasan satu sama lainnya.
  Pendidik mendorong dan memotivasi peserta didik.
• Pendidik melakukan pertemuan secara rutin dengan peserta didik guna mendiskusikan proses pembelajaran yang akan menghasilkan suatu kinerja peserta didik, sehingga setiap langkah peserta didik dapat memperbaiki kelemahan yang mungkin terjadi.
• Memberikan umpan balik secara bersinambungan kepada peserta didik
• Mempresentasikan dan memamerkan keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam portofolio bersama-sama dengan karya keseluruhan peserta didik sehingga
memotivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas dengan baik dan serius
Langkah ketiga: Mengevaluasi pembelajaran
• Penilaian suatu tugas (task) dimulai dengan menegakkan kriteria penilaian yang
dilakukan bersama-sama antara pendidik dan peserta didik atau dengan partisipasi
peserta didik.
• Kriteria yang disepakati itu diterapkan secara konsisten, baik oleh pendidik maupun peserta didik. Bila ada persepsi yang berbeda maka hal itu dibicarakan pada waktu pertemuan secara berkala antara pendidik dengan peserta didik
• Arti penting dari tahap asesmen alternatif ini adalah self assessment yang dilakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik menghayati dengan baik kekuatan dan kelemahannya.
• Hasil penilaian kinerja ini dijadikan tujuan baru bagi proses pembelajaran berikutnya.
Setelah menyimak langkah-langkah penyusunan tugas, terdapat beberapa catatan penting yang hendaknya diperhatikan guru dalam mengembangkan tugas-tugas (task) untuk asesmen kinerja, yaitu sebagai berikut :
1. Tugas-tugas merupakan hal yang biasa dalam proses pembelajaran, jadi bukan hal yang baru. Namun demikian agar peserta didik dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik maka tugas-tugas hendaknya disusun terstuktur dan terintegrasi di dalam proses pembelajaran
2. Tugas-tugas yang baik adalah tugas-tugas yang mengacu kepada kehidupan yang nyata di masyarakat. Tugas yang demikian membutuhkan pendekatan yang multidisipliner sehingga tugas-tugas tersebut sangat dianjurkan untuk ditinjau terlebih dahulu oleh teman sejawat dari bidang studi yang berbeda agar cukup komprehensif. Misalnya keterpaduan dalam pembelajaran sejarah dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada potensi utama wilayah setempat, misalnya: Candi Borobudur atau potensi-pontensi lokal di lingkungan masyarakat tempat siswa tinggal. Melalui kajian ini diharapkan siswa memahami potensi lokal di sekitarnya. Kajian ini dapat dikembangkan melalui, faktor geografis, sosial, sejarah, budaya dan ekonomi.
3. Semua tugas harus diberikan kepada siswa secara adil. Hal ini tidak berarti bahwa semua peserta didik harus memperoleh tugas yang sama, tetapi sebaiknya tugas yang diberikan kepada peserta didik perlu dipertimbangkan bahwa tugas tersebut demi kepentingan peserta didik bukan kepentingan guru
4. Kemampuan peserta didik sehingga dapat menimbulkan keputusasaan.
5. Setiap tugas perlu ada petunjuk pengerjaan yang sangat jelas sehingga tanpa  bertanya lagi setiap peserta didik dapat melakukan tugas tersebut. Oleh karena itu apabila akan menerapkan asesmen kinerja, seorang guru selain harus menyusun tugas (task) dan kriteria penilaian (rubric) hendaknya disusun pula panduan pengerjaan tugas yang jelas.
Agar asesmen kinerja dapat tercapai dengan baik diperlukan perubahan
pandangan dari guru sejarah terhadap proses pembelajaran, yakni: (1) guru tidak lagi memandang dirinya sebagai pusat belajar, sedangkan peserta didik dipandang sebagai unsur yang harus menerima apa yang disampaikan oleh guru; (2) materi pelajaran yang terdapat dalam dokumen kurikulum tidak harus disampaikan dalam kegiatan tatap muka di kelas, tetapi dapat disampaikan melalui tugas, proyek atau simulasi dan lain-lain; (3) guru harus memulai mengorganisasikan bahan pelajaran secara terpadu, yaitu pengorganisasian melalui penggabungan materi pelajaran antar bidang studi yang memiliki tema yang sama. Hal ini sangat memerlukan kemampuan para guru sejarah dalam melihat esensi yang relevan dari setiap materi pelajaran yang akan dikembangkan. Dengan cara seperti ini maka guru tidak akan selalu mengeluhkan soal kekurangan waktu pembelajaran sejarah, yang makin hari makin dikurangi jam pelajarannya; (4) menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada aktifiktas siswa dalam PBM, seperti: inquiry, cooperative learning, contextual learning, sosio drama, bermain peran, diskusi dan lain sebagainya. Melalui pendekatan itu diharapkan mampu membangkitkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam belajar sejarah.

Asesmen Kinerja ditujukan untuk kelas XI
• Materi Pokok adalah “proses muncul dan berkembangnya pergerakan nasional Indonesia”.
• Tujuan : Menganalisis hubungan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan serta munculnya keragaman ideologi di Indonesia.
• Asesmen kinerja yang dapat dirancang untuk mencapai tujuan tersebut adalah : Tugas Kelompok.
Bacalah pernyataan berikut ini secara baik, pahami maknanya: Moh. Hatta dalam tulisannya yang diterbitkan Hindia Poetra pada tanggal 3 Maret 1923 mengemukakan bahwa : masa depan bangsa Indonesia sepenuhnya tergantung pada susunan pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat dalam arti yang sesungguhnya, karena hanya lembaga seperti itulah yang berkenan bagi rakyat. Untuk mencapainya setiap orang Indonesia harus berjuang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya, dengan tenaga dan kekuatan sendiri tanpa tergantung pada bantuan asing.

Berdasarkan pernyataan di atas, jawablah pertanyaan berikut ini :
1. Bagaimana hubungan pernyataan Moh.Hatta di atas dengan kondisi bangsa Indonesia pada saat ini ? Uraian kalian hendaknya meliputi permasalahan aspek-aspek politik (pemerintahan), sosial dan ekonomi yang dihadapi bangsa kita pada masa sekarang.
2. Langkah-langkah apakah yang sebaiknya ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan “kedaulatan rakyat” yang sesungguhnya bagi bangsa Indonesia !.
3. Mengapa solusi tersebut di atas merupakan cara yang efektif untuk mencapai kedaulatan rakyat tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, hendaknya kalian :
Ø  Mengerjakan tugas ini secara kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3 – 4 orang.
Ø  Menggunakan berbagai sumber informasi, baik dari buku, koran, majalah atau internet.
Ø  Mengerjakan tugas ini selama satu minggu.
Ø  Setiap kelompok diwajibkan mempresentasikan hasilnya dalam bentuk diskusi kelas. Untuk itu setiap kelompok menyiapkan presentasi-nya masing-masing.

Berikut ini adalah contoh rubrik yang dapat digunakan pada pembelajaran sejarah:
Pedoman penskoran (rubrik) Tugas Kelompok
Nilai
Deskripsi
A
Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan memberikan pemahaman yang utuh dari tugas. Jawaban jelas, singkat dan langsung ke masalah yang diminta dengan menggunakan berbagai informasi yang akurat. Pendapat dan kesimpulan mengalir secara baik dan logis. Secara keseluruhan respons terhadap tugas lengkap dan sangat baik
B
Respons terhadap tugas sudah baik. Informasi yang diberikan cukup akurat dengan menggunakan berbagai sumber informasi. Respons yang dikemukakan dalam tulisan baik dengan pendapat serta kesimpulan yang baik pula. Jawaban dan uraian tugas cenderung bertele-tele
C
Respons yang diberikan kurang memuaskan. Informasi yang diberikan akurat dengan menggunakan berbagai sumber informasi tetapi tidak ada kesimpulan atau pendapat. Alur berpikir yang dikemukakan dalam tugas
kurang logis dan cenderung bertele-tele
D
Respons tidak menjawab tugas yang diminta. Banyak informasi yang tidak akurat karena tidak menggunakan sumber informasi. Tidak ada kesimpulan dan pendapat. Secara keseluruhan respons tidak akurat dan tidak lengkap

Pedoman penskoran (Rubrik) diskusi kelas
Tema Diskusi          : …………………………………………………………….
Tanggal Diskusi      : …………………………………………………………….
Waktu pelaksanaan : …………………………………………………………….
Tujuan                      : …………………………………………………………….
No
Aspek Yang Diukur
1
2
3
4
5
1
Aktifitas siswa berpartisipasi dalam
kegiatan diskusi





2
Jalinan kerjasama antara siswa
dengan kelompoknya





3
Kemampuan siswa dalam
mengemukakan pendapatnya





4
Kemampuan siswa dalam
mengembangkan aspek berpikirnya





5
Kemampuan siswa dalam membantah
pendapat orang lain





6
Kemampuan siswa dalam mendukung
pendapat orang lain





7
Kemampuan siswa dalam menarik
Kesimpulan





8
Sikap siswa terhadap proses diskusi





9
Secara keseluruhan proses diskusi
Kelas





Keterangan :
1 = sangat kurang, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = baik, 5 = baik sekali
KESIMPULAN
Karakteristik utama asesmen kinerja tidak hanya mengukur hasil belajar
peserta didik saja, tetapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran. Dengan perkataan lain asesmen kinerja merupakan proses yang menyertai seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran dengan cara siswa mempertunjukkan kinerjanya. Tugas-tugas asesmen kinerja dapat diwujudkan dengan bentuk: computer adaptive testing, tes pilihan ganda yang diperluas, extended-response atau open ended question, group performance assessment, individual performance assessment, interview, observasi, portofolio, project, exhibition, short answer dan lain sebagainya.
Keterlaksanaan asesmen kinerja sangat ditentukan oleh tingkat keaktifan dan kekreatifan guru dan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran Sejarah. Semakin tinggi tingkat keaktifan dan kekreatifan peserta didik dan guru semakin tinggi pula tingkat keefektifan pelaksanaan asesmen kinerja dan semakin rendah tingkat keaktifan dan kreativitas peserta didik dan guru maka semakin rendah pula tingkat keefektifan asesmen kinerja bahkan mungkin tidak dapat berjalan dengan baik, asesmen kinerja menjadi kumpulan tugas yang tidak bermakna bagi peserta didik dan guru. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang dan melaksanakan suatu program pengajaran dan penilaian (asesmen kinerja) yang mampu membuat siswa aktif dan kreatif. Untuk itu program pengajarannya harus bersifat terpadu.
Asesmen kinerja dapat tercapai dengan baik diperlukan perubahan pandangan dari guru Sejarah terhadap proses pembelajaran, yakni: (1) guru tidak lagi memandang dirinya sebagai pusat belajar, sedangkan peserta didik dipandang sebagai unsur yang harus menerima apa yang disampaikan oleh guru; (2) materi pelajaran yang terdapat dalam dokumen kurikulum tidak harus disampaikan dalam kegiatan tatap muka di kelas, tetapi dapat disampaikan melalui tugas, proyek atau simulasi dan lain-lain; (3) guru harus mampu mengorganisasikan bahan pelajaran secara terpadu. Hal ini sangat memerlukan kemampuan para guru Sejarah dalam melihat esensi yang relevan dari setiap materi pelajaran yang akan dikembangkan. Dengan cara seperti ini maka guru tidak akan selalu mengeluhkan soal kekurangan waktu pembelajaran Sejarah, yang makin hari makin dikurangi jam pelajarannya; (4) menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada aktifiktas siswa dalam PBM, seperti: inquiry, cooperative learning, contextual learning, sosio drama, bermain peran, diskusi dan lain sebagainya. Melalui pendekatan itu diharapkan mampu membangkitkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam belajar Sejarah.

























DAFTAR PUSTAKA

Airasian, P.W. 1991. Classroom Assessment. New York : McGraw-Hill.Inc.
Ana Ratna Wulan.tt. Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada Pembelajaran Sains Di Indonesia. Artikel dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/Ana_Ratna Wulan/Skenario_baru_asesmen_kinerja.pdf, diunduh pada 02 Mei 2012.
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda Karya
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hasan, S. Hamid & Yani Kusmarni.tt. Bahan Ajar Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio dalam Pembelajaran Sejarah.
Miles & Huberman.1984. Qualitative Data Analysis. Beverly Hills:Sage.
Supriatna, Nana. 2007. Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: UT.



[1] Miles&Huberman.1984. Qualitative Data Analysis. Beverly Hills:Sage. Dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PSEJ/S. Hamid Hasan-Yani Kusmarni/Bahan Ajar-Evaluasi-PPG_UPI.pdf, diakses pada 29 September 2011.

[2] Ana Ratna Wulan.tt. Skenario Baru Bagi Implementasi Asesmen Kinerja Pada Pembelajaran Sains Di Indonesia. h.2. Artikel dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATNAWULAN/Skenario_baru_asesmen_kinerja.pdf. Diunduh pada 02 Mei 2012.
[3] Ibid. h.2.
[4] P.W. Airasian.1991.Classroom Assessment.New York: McGraw-Hill Inc.
[5] Asmawi Zainul. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: UT. h.10-11.

[6] S. Hamid Hasan & Yani Kusmarni.tt. Bahan Ajar Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio dalam Pembelajaran Sejarah. h.5-6.

[7] Asmawi Zainul.Op.Cit. h.10-11.

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin (Koneksi Antar Materi )

Hubungan Filosofis KHD Dengan Patrap Triloka  Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias K...