(Sumber: wikipedia.org)
Ki Hajar menjelaskan bahwa mendidik anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Kodrat alam mengandung arti bahwa setiap anak sudah membawa kodrat sifat dan karakternya masing-masing. Sebagai Guru kita hanya mengarahkan dan membimbing agar anak tersebut selalu pada jalan baik dan tidak keluar dari relnya sehingga tercapailah apa yang dicita dan cintakan oleh masing-masing anak tersebut.
Kodrat zaman artinya kita sebagai guru atau pendidik seyogyanya membekali anak pengetahuan dan ketrampilan sesuai zaman dimana anak tersebut tumbuh dan berkembang. Pengetahuan dan ketrampilan ini berguna agar anak tersebut mampu hidup, berkarya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan zamannya. Dalam konteks saat ini berarti anak kita bekali berbagai ketrampilan di abad 21, yang sering kita dengar dengan istilah 4C, yaitu ketrampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration).
Filosofi
KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana
murid digambarkan sebagai planet yang mengorbit pada matahari (simbol nilai
kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak
pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018)
Sebagai seorang Guru saya pribadi merasa masih jauh menjalani dari apa yang menjadi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Dengan menjalani proses Pendidikan Guru Penggerak, harapan saya dapat membekali diri pengetahuan dan wawasan filosofis Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, bagaimana mendidik anak dan membimbing anak menuju fase kehidupan mereka selanjutnya.
Tak lupa, Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, seperti tiga istilah terkenal yang ditinggalkan oleh Ki Hajar itu sendiri yakni, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) demi tumbuh dan berkembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Demikian kesimpulan dan refleksi terkait dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan. Semoga bermanfaat