Sabtu, 27 Oktober 2012

Catatan Kecil Tentang Manifesto Politik 1925


Tokoh-Tokoh PI Di Belanda

Tiga tahun sebelum Sumpah Pemuda 1928, para pelajar Indonesia di Belanda menerbitkan Manifesto 1925. Anak-anak muda yang bergelora! Dalam setelan jas Barat, dagu mereka sedikit terangkat dengan pandangan mata tajam dan serius. Bukan semata-mata kesombongan namun ini soal harga diri. Kesadaran bahwa mereka bagian dari sebuah bangsa yang baru lahir. Selembar foto tua pertengahan 1920-an menggambarkan suasana itu. Gunawan Mangunkusumo, Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan Sartono adalah mereka yang memulai Indonesia di usia yang sangat muda.
Adalah PI (Perhimpunan Indonesia), salah satu kelompok organisasi pemuda yang turut mewarnai sejarah pergerakan nasional Indonesia. Sejarah dan eksistensi PI penting untuk dibicarakan. Tidak saja karena organisasi ini merupakan pelopor gerakan radikalisme di kalangan pemuda dengan semboyan terkenal mereka “Indonesia merdeka, Sekarang!” tetapi juga keberanian mereka mengubah konsepsi Indonesia. Tidak lagi sebagai ikatan geografis maupun antropologis untuk menyebut suatu wilayah kekuasaan Belanda yang terkenal dengan rempah-rempahnya. Hindia Belanda atau yang kemudian berubah nama menjadi Indonesia, oleh PI, telah diubah menjadi suatu konsepsi politik. Sayangnya, PI cenderung dilupakan dari memori kolektif bangsa Indonesia.
Taufik Abdullah mengungkapkan konsepsi manifesto politik cenderung dianggap sebagai mitos bangsa. Kecenderungan, berbicara tentang pergerakan pemuda ataupun nasionalisme serta persatuan dan kesatuan bangsa adalah berbicara tentang tentang Sumpah Pemuda 1928. Sama sekali tidak menyinggung PI yang jelas-jelas menjadikan “Indonesia” tidak lagi sebagai sebatas pengakuan fundamental –bangsa itu sesungguhnya masih dalam pembentukkan- melainkan sudah menjadi realitas nyata[1]. Ahmad Syafii Maarif mengungkapkan bahwa manifesto politiklah yang seharusnya dijadikan sebagai penanda Kebangkitan Nasional Indonesia[2].
Menurut Sartono Kartodirdjo, asas-asas Perhimpunan Indonesia yang disebut juga Manifesto Politik 1925 ialah fundamen dari Sumpah Pemuda 1928. Dalam manifesto tersebut termuat (1) perjuangan memperoleh kemerdekaan Indonesia; (2) pemerintahan yang dikelola oleh bangsa sendiri atas pilihan sendiri; (3) kesatuan bangsa sebagai syarat utama perjuangan; dan (4) menolak bantuan dari penjajah maupun pihak lain[3]. Pernyataan tersebut berbunyi sebagai berikut:
1.      Masa depan bangsa Indonesia hanya semata-mata yang dalam pembentukan struktur pemerintahan sendiri dapat dipertanggungjawabkan oleh bangsa Indonesia
2.      Untuk mencapai cita-cita itu setiap orang menurut kemampuan serta memurut kekuatan serta kecakapannya diusahakan tanpa bantuan pihak manapun
3.      Untuk mencapai tujuan bersama itu esmua unsur atau lapisan masyarakat perlu bekerjasama seerat-eratnya.
Tidak bermaksud untuk menggugat jalannya sejarah bangsa, tulisan ini hanya sekadar untuk mengingatkan kembali mengenai PI utamanya menyangkut tentang manifesto politik 1925 dan eksistensi perjuangan PI dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.


[1] Taufik Abdullah dalam Pengantar Buku Sartono Kartodirdjo. 2005. Sejak Indische sampai Indonesia. Jakarta: Kompas. Hlm. 8
[2] Ahmad Syafii Maarif. Kesaksian Ali Sastro Amidjojo: Gugatan Hari Kebangkitan Nasional. www.suara muslim.net.
[3] Sartono Kartodirdjo. 2005. Sejak Indische Sampai Indonesia. Jakarta : Kompas.

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin (Koneksi Antar Materi )

Hubungan Filosofis KHD Dengan Patrap Triloka  Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias K...