Kamis, 23 Februari 2012

Paper e-learning


BELAJAR BERJARINGAN MELALUI E-LEARNING



A.      PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat, terutama teknologi internet mempengaruhi semua aspek kehidupan.Teknologi internet menjadi teknologi tepat guna dengan fasilitas seperti sumber informasi dan data yang dapat diakses secara cepat, berkomunikasi dengan cepat tanpa batasan jarak, bahkan memberikan kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penjualan. Internet menjadi pusat layanan penting termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk penerapan pemanfaatan teknologi dibidang pendidikan adalah penerimaan siswa baru dengan sistem online. Selain itu, kebijakan pemerintah dengan menetapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib di sekolah menjadi pendukung agar sekolah memanfaatkan teknologi. Teknologi internet dapat dijadikan sumber belajar dan media pembelajaran.
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran berjaringan atau yang dalam istilah asing disebut online learning mulai meluas. Salah satu model belajar berjaringan yang saat ini mulai dikembangkan di institusi-institusi pendidikan adalah e-learning. Hakekat e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional.Oleh karena itu mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pengembangan yang sederhana, personal, dan cepat, serta unsur hiburan akan menjadikan peserta didik betah belajar di depan internet seolah-seolah mereka belajar di dalam kelas.
Pemanfaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi dan sekolah yang berembel-embel Bertaraf Internasional merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini seperti;, memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan, berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukan sisi negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh budaya asing. Internet sebagai media baru ini juga belum begitu familier dengan masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan. 
2.   Rumusan Masalah.
Dari uraian di atas, maka permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.   Bagaimanakah peranan e-learning dalam perkembangan proses pembelajaran?
b.   Apakah kelebihan dan kekurangan e-learning dalam proses pembelajaran?

B.   PEMBAHASAN
1.           Konsep Belajar Berjaringan (Online Learning)
Teknologi Internet mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Hal ini bisa dilihat dengan adanya peningkatan penguasaan media internet oleh para guru dalam menyampaikan materi kepada siswanya. Meskipun pada awalnya banyak pihak yang meragukan teknologi Internet dikarenakan guru tidak percaya diri, karena tidak mahir menggunakan komputer dan berpikir mereka akan menghabiskan waktu ekstra untuk membuat materi pelajaran.
Belajar berjaringan adalah pendekatan yang menggabungkan kegiatan belajar tatap muka disertai dengan penggunaan buku, CD Room dan CD audio yang sesuai. Hal ini juga disesuaikan dengan target pembelajaran, level belajar dan kompetensi yang dibutuhkan. Pembelajaran berjaringan memerlukan komunikasi khusus, jika dalam belajar secara tatap muka komunikasi dapat dilakukan dengan perbincangan dan raut muka, namun dalam pembelajaran berjaringan komunikasi diungkapkan dalam bentuk tulisan atau simbol-simbol[1].
Untuk meningkatkan motivasi siswa, belajar berjaringan harus digabungkan dengan variasi belajar, termasuk penggunaan audio,video, internet juga adanya sesi tatap muka. Hal yang terpenting adalah menyediakan suasana belajar yang baik disertai dengan tuntutan guru yang terlatih dan bermotivasi. Dengan bantuan guru, siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang sesuai untuk berkomunikasi dalam proses belajar mengajar berjaringan yang bermakna. Seperti cara untuk : setuju atau tidak setuju dengan sopan, menanyakan/klarifikasi, mendukung teman, menunjukkan ketertarikan, meminta kepastian, membuat kesimpulan.
Beberapa keuntungan belajar berjaringan lewat internet, diantaranya:
1)    Perubahan dari pendidikan terpusat menjadi Tersebar.
2)    Fleksibilitas dalam ruang dan waktu.
3)    Bahan ajar yang disajikan dalam multimedia dengan suara dan gambar yang dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.
4)    Selfpace learning: kecepatan belajar ditentukan oleh diri sendiri bukan oleh kemampuan yang diseragamkan dalam kelas.
5)    Selfmotivated learning: memacu kemampuan belajar mandiri.
6)    Perubahan dari teacher centric (guru sebagai pusat pembelajaran) menjadi learner centric/murid sebagai pusat pembelajaran.
7)    Perubahan dari entry barrier (seleksi ketat) menjadi output quality standard (lulusan berkualitas stardard). Bukan masuknya yang dipersulit, tapi lulusannya yang harus memenuhi standard kualitas. Sementara lamanya belajar tergantung motivasi, kecerdasan, dan usaha masing-masing peserta didik.
8)    Interaksi antara pengajar dan peserta didik dilakukan tidak hanya dengan tatap-muka, tetapi juga melalui surat-menyurat elektronik, sehingga meningkatkan kemampuan baca-tulis.

2.           Belajar Berjaringan Melalui E-Learning
a.       Definisi  E-Learning
E-Learning merupakan kependekan dari Electronic Learning yang merupakan pembelajaran berbasis web yang memanfaatkan teknologi komputer dan internet. Dong seperti yang dikutip Kamarga[2], mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Onno W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet[3]. Sedangkan Rossenburg mengatakan bahwa e-learning merupakan suatu penggunaan teknologi Internet dalam menyampaikan pembelajaran dalam jangkauan yang luas yang bedandaskan tiga kriteria dasar yaitu :
1. E-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan
kembali, mendistribusikan dan sharing pembelajaran serta informasi. Kriteria ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolute.
2. E-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui teknologi computer dengan menggunakan standar teknologi intemet.
3. E-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pembelajaran.[4]
Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional.
Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: (a). e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online, (b). e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.(c). e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. (d). Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik[5].



b. Model Pembelajaran E-Learning
E-Learning atau proses pembelajaran melalui media elektronik, terutama intemet, saat ini dianggap dapat menjadi solusi pendidikan bagi siswa yang tidak dapat hadir secara fisik ke setiap perkuliahan, namun mempunyai niat untuk memperoleh pengetahuan ataupun keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Haughey ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course[6].
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.  Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.
Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara online saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo, sebagaimana yang dikutip dalam Salma dan Siregar, mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”[7].
Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
E-Learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-laarning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dan lain sebagainya. 
c.       Kelebihan E-Learning
Pembelajaran dengan menggunakan e-learning mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Dengan munculnya e-learning, memberikan warna baru dalam proses pembelajaran. Guru bisa langsung online ke web yang dituju terus mendownload program yang diinginkan. Selain mendownload dari internet, kita juga dapat menggunakan CD pembelajaran yang sudah banyak beredar.
Kelebihan yang paling menonjol dari pembelajaran menggunakan komputer dalam hal ini e-learning adalah kemampuan siswa untuk dapat belajar mandiri. Karena sifat komputer yang lebih personal/individu, dapat membantu siswa untuk belajar mandiri dengan atau tanpa bimbingan langsung dari gurunya. Guru dalam hal ini pembelajaran dengan e-learning, dapat melaksanakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung. Dengan kata lain, dengan atau tanpa gurupun pembelajaran secara mandiri tetap bisa berlangsung.
d. Kelemahan E-Learning
Ada beberapa kelemahan dalam e-learning yang sering menjadi pembicaraan, antara lain kemungkinan adanya kecurangan, plagiasi, pelanggaran hak cipta, ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusianya. Sesuai data dari Microsoft Corporation, pada tahun 2006 Indonesia menduduki peringkat ke dua terbesar dalam pembajakan di dunia maya (internet) pada khususnya dan penggunaan software di PC (Personal Computer) pada umumnya. Hal tersebut membuktikan bahwa internet dalam hal ini e-learning masih banyak sekali kekurangannya.
Konsep belajar berjaringan sebuah daya tarik yang magnetik, meski itu baru secara teoritik karena pada kenyataannya, negeri kita masih diganjal kendala ketersediaan infrastruktur. Belum seluruh wilayah Indonesia dihampari jaringan internet dengan kapasitas besar. Dan, lalu lintas transportasi data berkapasitas gemuk seperti materi kuliah video conference sulit dilakukan.· Tidak semua masyarakat Indonesia mengerti dan bisa mengakses internet. Itu sebetulnya tanggung jawab pemerintah. Dalam kerangka Millenium Development Goal sudah dipastikan bahwa telekomunikasi harus menjadi infrastruktur publik. Adalah tugas masing-masing pemerintah mendemokratisasikan akses internet untuk setiap warganegara. Di negara-negara lain sudah gratis.
C. Kesimpulan
E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan semua pembelajaran pada internet. Hakekat e-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Disamping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai kebutuhan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nilai-nilai dan sentuhan kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh karena itu kami sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan untuk melek sumber belajar khususnya teknologi internet.












Daftar Pustaka
B. Seels, Barbara & Rita C. Richey.tt. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Jakarta : IPTPI & FIP UNJ.

Kamarga, Hanny. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Ngadiyo. 2007. “Pembelajaran E-Learning Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Makalah Pelatihan Jardiknas. h.9. (http://www.docstoc.com/docs/20860688/PEMBELAJARAN-E-LEARNING-DALAM-MENINGKATKAN-MUTU-PENDIDIKAN-A). Diakses Pada 31 Januari 2012.
Nuryanti, B. Lena. 2005. ”Model Pembelajaran E-Learning Melalui Homepage Sebagai Media Pembelajaran” Sebuah Makalah Penelitian. Bandung: Lemlit UPI.
Prawiladilaga, Dewi Salma & Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media bekerjasama dengan UNJ.

Schneider, Christel. 2004.The Challenges of Online Language Learning: A GermanPerspective. http://www.whirligig.com.au/GlobalEducatorWeb/articles/ChristelSchneider.pdf. (Diakses Pada 31 Januari 2012)



[1] Christel Schneider.2004.The Challenges of Online Language Learning: A German Perspective. http://www.whirligig.com.au/GlobalEducatorWeb/articles/ChristelSchneider.pdf. (Diakses Pada 31 Januari 2012)

[2] Hanny Kamarga. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
[3] Dewi salma Prawiladilaga & Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media bekerjasama dengan UNJ. h.308.
[4] B. Lena Nuryanti.” Model Pembelajaran E-Learning Melalui Homepage Sebagai Media Pembelajaran”   Sebuah Makalah Penelitian. Bandung:Lemlit UPI, 2005.h.5

[5] Ngadiyo.2007. “Pembelajaran E-Learning Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Makalah Pelatihan Jardiknas. h.9. (http://www.docstoc.com/docs/20860688/PEMBELAJARAN-E-LEARNING-DALAM-MENINGKATKAN-MUTU-PENDIDIKAN-A). Diakses Pada 31 Januari 2012.
[6]Ngadiyo. Ibid.h.11-12.
[7] Dewi salma Prawiladilaga & Eveline Siregar.Op.Cit. h.308.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin (Koneksi Antar Materi )

Hubungan Filosofis KHD Dengan Patrap Triloka  Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias K...